KISAH ISLAM

Menggapai Ridha Allah SWT....

  • Home
  • About Us
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact Me
Home » Archive for April 2015

Wednesday, 29 April 2015

PERNAHKAH ANDA MENDAHULUKAN MAKAN DARIPADA SHALAT?


Kita sebagai seorang muslim pasti pernah merasakan ketika akan mengerjakan shalat wajib tetapi kita lebih mendahulukan makan daripada shalat. Hal itu lumrah terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah hal tersebut di perbolehkan dalam ajaran islam?
Mari kita kaji bersama dalam tulisan berikut ini.

Syariat islam menganjurkan ketika kita melakukan shalat, hendaknya di kerjakan dengan penuh kekhusyukan, karena ketika shalat, kita sedang menghadap kepada Rabb kita. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menghilangkan semua sebab yang dapat mengganggu kekhusyukan shalat kita, di antaranya adalah kebutuhan terhadap makanan. Sebab hati dan pikiran kita tidak fokus terhadap shalat yang sedang kita kerjakan karena di sibukkan oleh hal makanan tersebut.

Oleh sebab itu, Junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan menyantap makanan yang sudah tersaji/di siapkan, meskipun shalat tersebut hampir di tegakkan.
Seperti terkandung dalam hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini,
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ وَحَضَرَ العَشَاءُ، فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ

"Jika shalat hampir di tegakkan, sedangkan makan malam telah di hidangkan, maka dahulukanlah makan malam." (HR Bukhari no.5465 dan Muslim no.557)

Melihat hadits di atas, kita hendaknya jangan mensangkakan bahwa kalau mendahulukan makanan, maka hak manusia lebih utama daripada hak kepada Allah. Hikmahnya, kita dalam mengerjakan shalat perlu melaksanakan dengan hati yang khusyu. Karena kalau kita sedang merasa lapar pasti pikiran kita tertuju pada hal makanan, sehingga membuat shalat kita menjadi tidak khusyu. Adapun kalau kita dalam keadaan tidak lapar, maka shalat harus di dahulukan daripada makan.

Jikalau waktu untuk kita melakukan shalat hampir habis, maka harus mendahulukan shalat terlebih dahulu agar shalat kita tetap di lakukan pada waktunya. Sebab anjuran shalat khusyu tidak menggugurkan kewajiban shalat kita pada waktunya.

Maka dari itu, untuk mencapai kepada khusyu dalam mengerjakan shalat kita sudah selayaknya membuang jauh-jauh dari apa yang bisa menyebabkan kita melalaikan dari mengingat Allah ketika kita shalat. Juga hendaknya kita menghayati shalat, bacaan dan doa/zikir yang ada di dalamnya.

Jika kita tidak menjadikan menyantap mekanan dahulu daripada shalat berjamaah sebagai kebiasaan, maka hal tersebut akan di catat sebagai ganjaran pahala shalat berjamaah, begitu pula sebaliknya, jika menjadi kebiasaan maka tidak di hitung sebagai pahala shalat berjamaah. Hal tersebut berdasarkan hadits, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

"Jika seseorang dalam keadaan sakit atau melakukan perjalanan jauh (safar), maka dia akan di catat semisal apa yang di lakukan tatkala dalam keadaan sehat atau mukim (tidak bersafar)." (HR. Bukhari no. 2996)

Hadits di atas mencontohkan dalam keadaan sakit, jadi ada alasan (udzur) sakit maka pahala di hitung sama ketika kita melakukan shalat berjamaah dalam keadaan sehat. Maka jika kita telat melaksanakan shalat karena alasan mendahulukan makan (lapar) pahala kita tetap di ganjar pahala melakukan shalat jamaah sebagaimana yang rutin kita kerjakan.

Semoga bermanfaat bagi kita semua kaum muslim.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:00

Tuesday, 28 April 2015

INDAHNYA BERSEDEKAH


Allah subhanahu wa ta'ala telah memberikan kita rezeki semenjak kita di lahirkan. Rezeki yang Allah berikan sebagai bekal untuk kita mengarungi kehidupan di dunia ini. Allah memberikan rezeki melalui jalan kita harus bekerja atau usaha, ada juga dengan sifat Allah yang Ar-Rahim maka di berikan rezeki yang tidak di sangka-sangka datangnya.

Rezeki berupa harta yang Allah berikan kepada kita, maka sudah selayaknya kita pergunakan untuk kepentingan sesuai dengan tuntunan syariat. Misal, untuk menafkahi diri sendiri bila belum berkeluarga, atau menafkahi istri dan anak jika sudah berkeluarga. Tapi tentunya tidak hanya untuk menafkahi saja rezeki yang Allah telah berikan tersebut, melainkan untuk kita hidup di masyarakat. 

Salah satunya adalah Sedekah, karena dengan Sedekah, Insya Allah hidup kita akan terus di cukupi oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 
Maka kita hendaknya senantiasa menafkahkan rezeki kita untuk hal yang baik, terutama sekali dengan bersedekah.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 272 :

لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَىٰهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۗ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ ٱللَّهِ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang di kehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan di beri pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan di aniaya (dirugikan)."

Sebaiknya rezeki yang Allah telah berikan, sebagian kita berbagi kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan atau di nafkahkan di jalanNya. Pasti Allah subhanahu wa ta'ala akan memberikan pahala dengan di lipat gandakan rezeki yang telah kita belanjakan di jalan Allah tersebut. Janji Allah sudahlah pasti benar dan tidak mendusta, seperti tersirat dalam ayat di atas. Sebagai seorang yang beriman sudah menjadi kewajiban kita untuk meyakininya dengan sepenuh hati.

Junjungan kita Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah mensabdakan dalam hadits : "Tiada sehari pun sekalian hamba memasuki suatu pagi, kecuali ada dua malaikat yang turun, kemudian malaikat yang satu berkata : 'Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang telah menafkahkan hartanya.' Sementara malaikat yang lain berkata : 'Ya Allah, berilah kebinasaan kepada orang yang menahan hartanya.' " (HR. Bukhari dan Muslim)

Karena itu mumpung kita masih di beri rezeki oleh Allah subhanahu wa ta'ala, maka pergunakanlah rezeki itu sebaik-baiknya untuk sebagian kita sedekahkan. Jangan di tunda-tunda lagi, selagi kita sehat dan masih di beri kesempatan hidup di dunia ini.

Seperti yang terkandung dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sedekah mana yang paling besar pahalanya?" Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Saat kamu bersedekah hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tapi mengharapkan kaya. Jangan di tunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian". (HR. Bukhari)

Rezeki harta yang ada di tangan kita sejatinya adalah merupakan titipan dari Allah subhanahu wa ta'alla. Dan apabila kita bisa mensyukuri dan pandai dalam menafkahkan di jalan kebaikan (di jalan Allah) maka manfaatnya akan kita rasakan sampai di akherat kelak.
Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Apabila anak Adam wafat, maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal, yaitu : Sedekah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh dan shalehah yang mendo'akan kedua orang tuanya." (HR. Muslim)

Lebih menyenangkan lagi bahwa balasan untuk orang yang bersedekah akan Allah langsung berikan di dunia ini, berupa kenikmatan rezeki yang melimpah. Subhanallah...
Itulah Indahnya Bersedekah...
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
13:36

Sunday, 26 April 2015

GAMBARAN DAHSYAT DAN PEDIHNYA NERAKA


Mendengar kata Neraka, pastilah kita sudah mengetahui sedikit tentangnya, karena hanya milik Allah subhanahu wa ta'ala saja pengetahuan tentang neraka secara keseluruhannya. Tapi sudah sewajibnya kita mengetahui sedikit banyak perihal neraka, yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Perlunya kita mengetahui tentang neraka, adalah untuk kita jadikan sarana selalu mengingat akan hukuman, ganjaran atau azab yang Allah timpakan bagi umatnya yang melanggar larangan-laranganNya. Dengan selalu mengingat akan dahsyat dan pedihnya siksa neraka, maka seharusnya kita akan merasa takut kepada Rabb kita Allah Subhanahu wa ta'ala agar dalam keseharian kita terhindar dari kemaksiatan atau terlena dalam kenikmatan dunia semata sehingga melupakan akan akherat.
Maka dari itu kita sebagai umat muslim sudah selayaknya secara terus menerus setiap saat berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, supaya terhindar dari siksa neraka. Seperti doa yang sering Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam panjatkan :

 رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Surah Al-Baqarah ayat 201)

Bahkan Junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mengingat akan neraka, setiap saat Beliau selalu berlindung kapada Allah Subhanahu wa ta'ala dari siksa neraka. Hal ini telah tersirat dalam Hadits Riwayat Muslim :

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذَا اليَومِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذَا اليَومِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah. Dan segala puji bagi Allah, tiada tuhan (yang berhak di ibadahi) kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nya kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya, aku juga berlindung kepada-MU dari keburukan di hari ini dan keburukan sesudahnya. Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua (pikun). Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari adzab di neraka dan adzab di kubur.” 

Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga sering memberi nasehat-nasehat kepada para sahabatnya dan kita umat muslim sebagaimana di riwayatkan Anas bin Malik radhiallahu 'anhu dalam hadits :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا. قَالُوا: وَمَا رَأَيْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ: رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ

"Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Para shahabat bertanya: "Apa yang engkau lihat ya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam" Beliau shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Saya melihat Al Jannah dan An Naar." (HR. Muslim Kitab Sholat no. 426)

Dalam Al-Qur'an juga di gambarkan betapa dahsyat dan pedihnya siksa neraka, yang Allah Subhanahu wa ta'ala telah firmankan dalam Surah Al-Hajj ayat 19 :

هَٰذَانِ خَصْمَانِ ٱخْتَصَمُوا۟ فِى رَبِّهِمْ ۖ فَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِّن نَّارٍ يُصَبُّ مِن فَوْقِ رُءُوسِهِمُ ٱلْحَمِيمُ

"Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan di buatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Di siramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka."

Para penghuni neraka akan di berikan pakaian yang terbuat dari api neraka yang panasnya sepertujuhpuluh kali panasnya api yang ada di muka bumi. Kita saja terkena api di dunia sedikit sudah langsung kepanasan.  Di tambah di siramkan air yang sangat panas tersebut ke atas kepala. Apalagi air mendidih di neraka, di dunia saja kulit kita menjadi melepuh. Ya Allah, lindungi kami dari siksa api neraka. 

Firman Allah surah Al-Hajj ayat 20 :
يُصْهَرُ بِهِۦ مَا فِى بُطُونِهِمْ وَٱلْجُلُودُ

"Dengan air itu di hancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).

Setelah air mendidih itu di siramkan ke atas kepala sehingga menjadikan isi perut hancur dan kulit meleleh yang tidak berbentuk lagi. Na'udzubillahi min dzalik. Semoga Allah menjauhkan kita dari api neraka.

Selanjutnya dalam Firman Allah Subhanahu wa ta'ala Surah Al-Hajj ayat 21 :
وَلَهُم مَّقَٰمِعُ مِنْ حَدِيدٍ
"Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi."

Di dalam neraka mereka akan di siksa dengan cambukan yang terbuat dari besi api neraka yang sungguh amat panas. Hancurlah badan bila terkena cambukan tersebut.
"Apabila gunung di cambukkan dengan cambuk dari neraka, maka akan hancurlah gunung itu." demikian dalam hadits riwayat Imam Ahmad.

Kemudian Allah berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 22 :

كُلَّمَآ أَرَادُوٓا۟ أَن يَخْرُجُوا۟ مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا۟ فِيهَا وَذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلْحَرِيقِ

"Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka di kembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka di katakan), "Rasailah azab yang membakar ini."

Karena merasakan amat dahsyat dan pedihnya siksa neraka, maka para penghuninya merasa sudah sangat ingin keluar dari neraka tapi para malaikat zabaniyah dengan tidak merasa kasihan dan kasar melemparkannya kembali kepada neraka. Mari kita mohonkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala keselamatan dari pedihnya neraka.

Kemudian para penghuni neraka yang amat tersiksa dengan beratnya siksa neraka, maka mereka ingin sekali mati sehingga tidak merasakan azab dahsyatnya neraka. Tapi itu hanya angan-angan mereka belaka. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman dalam Surah Faathir ayat 36 :

وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا۟ وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُم مِّنْ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى كُلَّ كَفُورٍ

"Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak di binasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) di ringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir."

Masih banyak Surah-surah dalam Al Qur'an yang menjelaskan tentang beratnya siksa neraka. Semoga dengan secuil surah-surah tersebut di atas memberikan kita gambaran betapa pedih dan dahsyatnya neraka. Dan menjadikan kita renungan agar kita selalu menjauhi larangan-laranganNya dan menjalankan perintah-perintahNya.
Semoga kita di pelihara dari siksa neraka oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Amin Ya Rabbal alamin....
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
20:06

Thursday, 23 April 2015

HARI JUM'AT... INI KEUTAMAANNYA


Hari Jum'at merupakan hari dimana Allah Subhanahu wa ta'ala telah tetapkan bagi kaum muslim dari seluruh kaum dari umat terdahulu sebagai hari yang paling utama.
Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits-hadits menggambarkan hari yang mulia untuk menjadikan umatnya menyambut hari jum'at dengan memperbanyak amalan-amalan yang beliau ajarkan untuk meraih pahala-pahala dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا فَكَانَ لِلْيَهُوْدِ يَوْمُ السَّبْتِ وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الأَحَدِ فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ

Allah menyimpangkan kaum sebelum kita dari hari Jum’at. Maka untuk kaum Yahudi adalah hari Sabtu, sedangkan untuk orang-orang Nasrani adalah hari Ahad, lalu Allah membawa kita dan menunjukan kita kepada hari Jum’at."
(HR. Muslim dalam Shahihnya (II/286) kitab al-Jum’ah)

Di dalam hari jum'at terdapat banyak keberkahan, kemuliaan dan keutamaan yang di jelaskan dalam hadits-hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya :

1. Penghulu segala hari (sebaik-baiknya hari)
Di sebut penghulu hari karena di dalam hari jum'at terdapat banyak peristiwa yang Allah kabarkan melalui Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits beliau.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج منها ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة

”Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya (hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada hari ini Adam di ciptakan, hari ini pula Adam di masukkan ke dalam surga dan di keluarkan darinya, dan tidaklah akan datang hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (Shahih Muslim (II/585) Kitaabul Jumu’ah)

2. Terdapat waktu-waktu yang di kabulkannya do'a.
Hari Jum'at adalah hari yang dimana ada satu waktu yang mustajab jika kita memohon sesuatu kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. 
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

"Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan di kabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu." (Shahih al-Bukhari (I/224) kitab al-Jum’ah dan Shahih Muslim (II/584) kitab al-Jumu’ah)

3. Sedekah yang banyak pahalanya di banding hari-hari yang lain.
Perbanyaklah sedekah pada hari jum'at karena pahalanya berlipat-lipat.
Ibnul Qayyim berkata, ”Bersedekah pada hari Jum’at di bandingkan hari-hari lainnya dalam sepekan, seperti bersedekah pada bulan Ramadhian di bandingkan bulan-bulan lainnya.”

Dan di dalam hadits Ka’ab (dikatakan) :
والصدقة فيه أعظم من الصدقة في سائر الأيام

”Bersedekah di dalamnya lebih besar (pahalanya) daripada bersedekah pada hari lainnya.” (hadits mauquf shahih namun memiliki hukum marfu’).

4. Di ampuninya dosa-dosa yang terjadi antara Jum'at tersebut dan jum'at sebelumnya.
Hari dimana ada Shalat Jum'at di dalamnya, dan jika mengerjakannya sesuai dengan tuntunan, maka ada ganjaran yang besar di dalamnya, yaitu di hapuskan dosa-dosa antara dua jum'at.

Sebagaimana di sebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu. Dia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى."

“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan di ampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan ke Jum’at berikutnya.” 
(Shahih al-Bukhari (I/213) kitab al-Jumu’ah bab ad-Duhn lil Jumu’ah)

5. Orang yang meninggal di hari Jumat akan dilindungi dari fitnah (ujian) alam kubur
Dimana orang yang wafat pada hari ini akan aman dari siksa kubur dan dari pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. 

Dari Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله تعالى فتنة القبر

”Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau pada malam Jum’at, kecuali Alloh Ta’ala lindungi dari fitnah kubur.” (HR Ahmad dan Turmudi, di shahihkan oleh al-Albani).

Demikian keberkahan, kemulian dan keutamaan hari Jum'at menurut hadits-hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang tentunya masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:37

Wednesday, 22 April 2015

MAKAN dan MINUM SETELAH KITA WUDHU... BATALKAH?


Wudhu merupakan syarat sahnya suatu shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunah. Fungsi wudhu hanya untuk menghilangkan hadas kecil, sedangkan hadas besar di haruskan mandi wajib. Wudhu bisa menggunakan air ataupun tanah/debu (tayamum) bila tidak ada air ataupun halangan untuk bersentuhan dengan air (sakit).

Firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam Surah Al-Maidah ayat 6 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."

Dalam kehidupan sehari-hari terutama saat kita sehabis melakukan puasa ramadhan (wajib) maupun puasa senin-kamis (sunah) misalnya, pada waktu menjelang magrib dan akan melaksanakan shalat fardhu magrib di masjid, sering kita melakukan wudhu dahulu sebelum membatalkan puasa kita. Padahal kita belum berbuka puasa (makan, minum), Setelah azan tiba pastilah kita akan membatalkan puasa kita dengan paling tidak minum air putih atau teh manis dengan sedikit cemilan atau bahkan ada yang makan nasi berikut lauknya walaupun mungkin dengan agak sedikit tergesa-gesa karena kuwatir tertinggal shalat berjamaah di masjid. 

Yang menjadi pertanyaan, batalkah wudhu kita setelah kita minum dan makan setelah membatalkan puasa tadi ?

Makan dan minum tidak membatalkan wudhu, kecuali makan daging unta. 

Dalilnya adalah hadits dari Jabir bin Samuroh :


أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَأَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ الْغَنَمِ قَالَ « إِنْ شِئْتَ فَتَوَضَّأْ وَإِنْ شِئْتَ فَلاَ تَوَضَّأْ ». قَالَ أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ الإِبِلِ قَالَ « نَعَمْ فَتَوَضَّأْ مِنْ لُحُومِ الإِبِلِ ».

“Ada seseorang yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah aku mesti berwudhu setelah memakan daging kambing?” Beliau bersabda, “Jika engkau mau, berwudhulah. Namun jika enggan, maka tidak mengapa engkau tidak berwudhu.” Orang tadi bertanya lagi, “Apakah seseorang mesti berwudhu setelah memakan daging unta?” Beliau bersabda, “Iya, engkau harus berwudhu setelah memakan daging unta.” (HR. Muslim no. 360)

Dalam riwayat lain di sebutkan :
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻳَﻘُﻮﻝُ ‏« ﺗَﻮَﺿَّﺌُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻟُﺤُﻮﻡِ ﺍﻹِﺑِﻞِ ﻭَﻻَ
ﺗَﻮَﺿَّﺌُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻟُﺤُﻮﻡِ ﺍﻟْﻐَﻨَﻢِ ﻭَﺗَﻮَﺿَّﺌُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﺒَﺎﻥِ ﺍﻹِﺑِﻞِ ﻭَﻻَ
ﺗَﻮَﺿَّﺌُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﺒَﺎﻥِ ﺍﻟْﻐَﻨَﻢِ

Dari Abdullah bin Umar ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berwudhulah kalian lantaran kalian makan daging unta dan kalian tidak perlu berwudhu lantaran kalian makan daging kambing. Berwudhulah kalian lantaran kalian minum susu unta dan kalian tidak perlu berwudhu lantaran kalian minum susu kambing.” (HR. Ibnu Majah No : 536).
2
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:04

Tuesday, 21 April 2015

Ssst...!!! JANGAN NGOBROL DI DALAM MASJID !! INI HUKUMNYA...


Seperti yang kita ketahui bersama, Masjid adalah tempat beribadah kaum muslimin dan muslimah, baik tua, muda maupun anak-anak. Tempat bagi kita orang muslim untuk mengerjakan Shalat, membaca Al Qur'an, Berzikir, Berdoa, dan melaksanakan ibadah-ibadah kepadaNya. Masjid adalah rumah Allah di dunia, tempat dimana telah di perintahkan untuk di muliakan dan di sebut nama-Nya di dalamnya.

Seperti tersirat dalam Firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam Surah An-Nur ayat 36 :

فِى بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ

"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk di muliakan dan di sebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." 

Masjid juga merupakan tempat yang Allah paling sukai di muka bumi ini.

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا

"Bagian negeri yang Allah paling cintai ialah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling di benci Allah adalah pasar-pasarnya." (HR, Muslim).

Hadits Riwayat Thabrani mengatakan :
لَا تَتَّخِذُوا المَسَاجِدَ طُرُقًا ، إِلَّا لِذِكْرٍ أَوْ صَلَاةٍ

“Janganlah kalian jadikan masjid sebagai jalan (tempat lewat), kecuali untuk berdzikir atau shalat.” (Al-Mu’jam al-Kabir: 12/314 dan al-Ausath: 1/14. Syaikh Al-Albani rahimahullaah mengatakan, “Sanad ini hasan, seluruh rijalnya (perawinya) tsiqat (terpercaya).” Lihat: Silsilah Shahihah no. 1001).

Memuliakan masjid merupakan kepentingan bersama sebagai seorang muslim kepada tempat sucinya. Oleh karena itu tidak selayaknya masjid di jadikan tempat untuk keperluan duniawi.

Seperti dalam Hadits Riwayat At-Tirmizdi, Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian melihat orang yang melakukan jual beli di masjid, maka katakan: 'Semoga Allah tidak memberikan keuntungan dalam perniagaanmu.' Dan apabila engkau melihat orang yang mengumumkan barang hilangnya di masjid maka katakan, “Semoga Allah tidak mengembalikan barang itu kepadamu.” 

Tentang membicarakan urusan duniawi di dalam masjid, para ulama Fiqih 4 Mazhab berbeda pendapat. 
1. Mazhab Syafi'i, berpendapat Mubah (tidak berdosa) membicarakan sesuatu yang tidak mengandung dosa dari urusan duniawi di dalam masjid. 

2. Mazhab Maliki dan Hambali, Makruh membicarakan sesuatu yang tidak mengandung dosa dari urusan duniawi di dalam masjid.

3. Mazhab Hanafi, Haram membicarakan sesuatu yang tidak mengandung dosa dari urusan duniawi di dalam masjid. Sebagian mereka memahami keharaman ini, jika tujuan duduk di masjid memang untuk membicarakan hal itu. Jika membicarakan dunia muncul tiba-tiba dan tidak di niatkan dari awal, hukumnya makruh.

Perbedaan pendapat ini berlaku jika pembicaraan dan perbincangan di dalam masjid tersebut tidak menyebabkan mafsadat, seperti mengganggu orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau orang shalat, atau yang sedang beribadah. Jika kondisinya mengganggu seperti tadi, maka tidak ada perselisihan dalam mengharamkannya. Karena Nabi shallallau 'alaihi wa sallam telah melarang mengeraskan bacaan Al-Qur’an apabila mengganggu orang lain.

Di riwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang shalat itu bermunajat kepada Rabbnya, maka hendaklah dia memperhatikan apa yang dia bisikkan kepada-Nya. Janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaan Al-Qur’an atas yang lain.” (HR. Malik no. 178, dan Ahmad no. 5326. Dishahîhkan al-Albani dalam Shahîh al-Jami’ no.1951).
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
22:06

Monday, 20 April 2015

GAMBARAN KENIKMATAN DI DALAM SURGA


Sesungguhnya manusia tidak ada yang bisa menggambarkan kenikmatan di dalam surga secara tepat, hanya bisa membayangkan saja nikmat kehidupan surga tersebut. Hanya Allah Subhanahu wa ta'ala yang Maha Mengetahui segalanya.

Firman Allah Shubahahu wa ta'ala dalam Surah AS-Sajdah ayat 17 :

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

"Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah di pandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan."

Imam Ibnu Katsir mengatakan, ”Arti ayat di atas, (ialah) tidak ada seorang pun yang mengetahui agungnya ganjaran (kebaikan) yang Allah sembunyikan (dan sediakan) bagi mereka (orang-orang yang beriman) di surga, (yaitu) berupa kenikmatan yang abadi dan berbagai kelezatan yang belum pernah di saksikan semisalnya oleh seorangpun”. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 3/606).

Seperti di riwayatkan hadits Bukhari, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Di Surga ada kenikmatan yang belum pernah di lihat oleh mata, di dengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia."  

Sungguh besar nikmat tiada tara yang Allah gambarkan kenikmatan surgaNya, yang Allah Subhanahu wa ta'ala janjikan kepada mereka yang menjalankan syariat-syariat yang telah di tentukanNya. 

Allah Subhanahu wa ta 'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 25 :

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka di sediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka di beri rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah di berikan kepada kami dahulu". Mereka di beri buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya."

Di riwayatkan oleh Usamah bin Zaid, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya : "Ingatlah! Adakah yang menyingsingkan bajunya giat berusaha memperoleh surga? Sesungguhnya kenikmatan surga itu tidak pernah terlintas dalam  hati. Demi Tuhannya Ka'bah, di surga ada nur yang bersinar, wewangian yang harum semerbak, istana yang tinggi, sungai-sungai yang mengalir, buah-buahan yang banyak serta matang, istri-istri yang cantik jelita yang berada di taman. Kenikmatan yang tetap dan abadi, bersinar di rumah yang tinggi serta bercahaya dalam keselamatan." 
Para sahabat lantas berkata : "Kami adalah orang yang berusaha mencari surga Ya Rasullullah". Kemudian beliau bersabda : "Ucapan kalian semoga Allah menghendaki." Kemudian beliau menyebutkan jihad, dan menganjurkan untuk berjihad." 
(Ihya' Ulumuddin. Jilid IV hal 3011)

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang siapa masuk surga maka ia bisa merasakan kenikmatan di dalamnya, tidak mengalami keburukan, tidak pernah usang pakaiannya, dan tidak hilang masa mudanya."
(Al Jami'u Ash Shaghir. Hal 316).

Anas r.a. meriwayatkan, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Setiap kenikmatan akan hilang, kecuali kenikmatan ahli surga. Setiap kesusahan itu akan berakhir, kecuali kesusahannya penghuni neraka."

Umur para penghuni surga itu 33 tahun dalam usia yang sama semua. Tinggi mereka 60 dhira (30 Meter) menjulang ke langit, mereka bercelak, halus tutur bahasanya, muda usianya, aman dari penderitaan serta tenang di rumah surga.
Sungai-sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil Yakut dan Zabarjad. 
Akar pohonnya dan tanamannya dari mutiara.
Buah-buahannya aneka macam yang banyaknya tidak bisa di hitung kecuali oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 
Bau surga itu dapat tercium dari perjalanan 500 tahun.
Sesungguhnya ahli surga itu memiliki tunggangan kuda dan unta yang berkilauan, pelana dan gigi binatang tersebut dari yakut. Mereka saling mengunjungi di dalam surga.  
Istri-istri mereka adalah bidadari. Pada jari-jari tangannya terdapat 70 perhiasan. Sumsum kedua betisnya dapat di lihat dari balik kulitnya. Para bidadari memakai 70 pakaian yang tembus pandang.

Allah mensucikan ahlak penghuni surga dari keburukan, tubuhnya di selamatkan dari kematian. Mereka tidak beringus, tidak kencing, tidak berak. Mereka mendapat rizki setiap pagi dan sore. Di surga tidak ada malam, yang ada hanya pagi sampai sore, dan sore sampai pagi.

Demikian sekilas gambaran kenikmatan di dalam surga, sebagaimana tersirat dalam Firman-firman Allah Subhanahu wa ta'ala dan di riwayatkan dalam banyak hadits-hadits.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan penghuni surgaNya Allah.
Dengan tetap berusaha menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya serta berdoa memohon kepada Allah agar di beri kekuatan dalam mencari jalan keridhaanNya. Amin Ya Rabbal alamin.....
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:11

Sunday, 19 April 2015

HINDARI MURKA ALLAH WAHAI PARA SUAMI... JANGAN DEKATI DAYUTS...


Allah Subhanahu wa ta'ala kelak di hari kiamat tidak akan memandang para Dayuts, di haramkannya surga bagi para Dayuts. Seperti di riwayatkan oleh Imam Nasa'i, Imam Ahmad, dan Imam Baihaqi. Rasullullah Shalllallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ

"Tiga golongan yang tidak akan masuk surga, dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, yaitu Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, seorang wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayuts." 

Apa itu Dayuts ?
Al-Muqri dalam Al-Mishbah Al-Munir, berkata : "Dayuts adalah seorang suami yang tidak mempunyai rasa cemburu pada istrinya, sedangkan perbuatannya di sebut Diyatsah."

Pada zaman sekarang ini masih ada saja para suami yang mendekati atau bahkan melakukan Diyatsah, yaitu tidak cemburu kepada istrinya, bahkan membiarkan istrinya melakukan kemaksiatan dalam kesehariannya. 

Apa saja kemaksiatan-kemaksiatan itu?

1. Membebaskan istri bergaul dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.
Seperti membonceng/naik mobil dengan laki-laki lain, baik dengan teman, kawan kerja, rekan bisnis. Membiarkan istri di candai, di ajak foto selfi oleh lelaki kawan kerja atau teman sekolahnya dulu.

2. Membiarkan istrinya membuka aurat.
Tidak melarang istrinya memakai pakaian yang tidak sesuai syari'at, seperti membiarkan istrinya tidak memakai jilbab.

3. Mendiamkan perilaku istrinya yang memamerkan auratnya, dan mengunggahnya di media sosial dan internet.
Sekarang ini banyak di jumpai para istri foto-foto selfi yang tidak mengenakan jilbab atau bahkan berpakaian tapi tidak syar'i, lalu memajang fotonya di berbagai media sosial, tanpa menyadari bahwa foto tersebut akan di lihat oleh banyak laki-laki.

4. Membiarkan istrinya bekerja yang memancing syahwat laki-laki.

Misalnya, hanya kerena materi suami mendiamkan istrinya melakukan pekerjaan yang membuatnya membuka aurat, seperti penyanyi, yang bergoyang sambil menyanyi, dan masih banyak lagi.

Pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat memegang teguh kesucian istrinya dari perbuatan keji dan maksiat. Seperti yang di riwayatkan Al-Mughirah, Sa'ad Ubaidah berkata, "Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku, niscaya aku akan memukulnya dengan pedang sebagai hukumannya."
Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي

"Apakah kalian takjub dengan kecemburuan Sa'ad? Sesungguhnya aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dari padaku." (HR. Bukhari no. 6846)

Untuk itu, mari saudara-saudaraku sesama suami, Cemburulah kita kepada istri kita dalam kebaikan dan sebelum Allah mengharamkan SurgaNya kepada kita.
Semoga Allah memberi kita kekuatan iman agar terhindar dari perbuatan Diyatsah, dan menjadi pemimpin yang baik bagi keluarga kita sesuai dengan tuntunan Allah dan para Nabi serta RasulNya. Amin Ya Rabbal alamin.....
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:23

Saturday, 18 April 2015

SUNGGUH PEDIH SIKSA BAGI MUSLIMAH YANG TIDAK BERJILBAB


Sesungguhnya sudah banyak hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan perihal azab pedihnya muslimah yang tidak memakai jilbab (berhijab). Tapi masih banyak saudari-saudari kita para muslimah, yang belum mau berhijab. Padahal jelas sekali bahwa berhijab adalah wajib hukumnya bagi para muslimah. 
Silahkan saudari-saudari para muslimah baca : SUDAHKAH ANDA BERJILBAB, WAHAI PARA MUSLIMAH ?

Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wa Sallam bersabda :


 مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا رواه أحمد ومسلم في الصحيح 

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim), dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jarak jauh sekali)”. (HR. Muslim). 

Imam Ali a.s. berkata :
“Saya dan Fathimah menghadap Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam dan kami melihat beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu dan kami berkata kepada beliau: “Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, apa yang membuat anda menangis tersedu-sedu?”


Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Wahai Ali pada malam mi’raj ketika aku pergi ke langit, aku melihat wanita–wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih sehingga aku tidak mengenali mereka. Oleh karena itu, sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa mereka, aku menangis."

Berikut sabda Rasulullah saw. mengenai azab bagi wanita yang tidak menutup aurat :

“Aku melihat ada perempuan di gantung rambutnya, otaknya mendidih.”

Perempuan tersebut adalah perempuan yang mengumbar dan mempertontonkan rambutnya kepada laki-laki selain suaminya.

"Perempuan ini mukanya akan menghitam dan memakan isi perutnya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Mari saudari-saudari para muslimah, mumpung kita masih di beri kesempatan oleh Allah Subhanahu wa ta 'ala untuk memperbaiki cara berpakaian kita menjadi yang di syari'atkan olehNya. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya kepada kita semua... Menuju keridha'anNya..... Amin ya Rabbal alamin.......
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
22:25

Friday, 17 April 2015

STOP! JANGAN CABUT RAMBUT UBAN ANDA, INI HUKUMNYA...


Rambut uban... Memang sering membuat kita risih, malu atau bahkan mungkin membuat sedikit merasa gatal di kepala. Apalagi kalau tumbuh di usia muda (di bawah 40 tahun), akan membuat sebagian orang yang memilikinya merasa tidak percaya diri dan biasanya akan langsung mencabutnya. Sekilas memang keliatannya menyelesaikan masalah dengan mencabut uban tersebut, tapi alih-alih ingin menghilangkan uban di rambut, malah bisa jadi menjadi bertambah banyak di kemudian hari. Maka dari itu lebih baik uban tersebut tidak usah di cabut, karena banyak keutamaannya menurut syariat Islam.
Sebaiknya sebagai seorang muslim kita mengetahui hukum dan keutamaan memiliki uban. Karena Allah Subhanahu wa ta'ala menciptakan sesuatu itu pasti ada hikmah, serta manfaatnya dan tidak sia-sia belaka.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surah Ar-Ruum ayat 54 :

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

Hukum mencabut uban di kepala dan kumis adalah makruh (di benci).

Berikut hadits-hadits yang menerangkan hukum dan keutamaan uban :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تنتفوا الشيب فإنه نور يوم القيامة ومن شاب شيبة في الإسلام كتب له بها حسنة وحط عنه بها خطيئة ورفع له بها درجة 

“Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat. Siapa yang memiliki sehelai uban dalam Islam (dia muslim), maka dengan uban itu akan di catat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan di hapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan di tinggikan satu derajat.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya 2985. Sanad hadis di nilai hasan oleh Syu’aib Al-Arnauth)

Sebelum menyebutkan hadis ini, Ibnu Hibban mengatakan :

ذِكْرُ كَتْبَةِ اللَّهِ جَلَّ وَعَلَا الْحَسَنَاتِ، وَحَطِّ السَّيِّئَاتِ، وَرَفْعَ الدَّرَجَاتِ لِلْمُسْلِمِ بِالشَّيْبِ فِي الدُّنْيَا

“Hadis yang menceritakan bahwa Allah akan mencatat kebaikan, menghapuskan kesalahan dan akan meninggikan derajat seorang muslim karena uban ketika di dunia.”  (Shahih Ibnu Hibban, 7:253).

Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَشِيبُ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang memiliki sehelai uban, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Daud 4204. Hadis ini dishahihkan al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 2091). 

Namun jika uban tersebut terdapat di jenggot atau pada rambut yang tumbuh di wajah, maka hukumnya jelas haram karena perbuatan tersebut termasuk an namsh yang di laknat.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لعن الله الربا و آكله و موكله و كاتبه و شاهده و هم يعلمون و الواصلة و المستوصلة و الواشمة و المستوشمة و النامصة و المتنمصة

“Allah melaknat riba, pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkannya (nasabah), orang yang mencatatnya (sekretaris) dan yang menjadi saksi dalam keadaan mereka mengetahui (bahwa itu riba). Allah juga melaknat orang yang menyambung rambut dan yang meminta di sambungkan rambut, orang yang mentato dan yang meminta di tato, begitu pula orang yang mencabut rambut pada wajah dan yang meminta di cabut.” 
(Di riwayatkan dalam Musnad Ar Robi’ bin Habib. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Adapun mencabut uban dari jenggot atau uban dari rambut yang tumbuh di wajah, maka perbuatan seperti ini di haramkan karena termasuk an namsh. An namsh adalah mencabut rambut yang tumbuh di wajah dan jenggot. Padahal terdapat hadits yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang melakukan an namsh.” (Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin, 11/80, Asy Syamilah).

Hukuman bagi orang yang mencabut ubannya adalah kehilangan cahaya pada hari kiamat nanti. Dari Fudholah bin ‘Ubaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَانَتْ نُورًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ رَجُلٌ عِنْدَ ذَلِكَ فَإِنَّ رِجَالًا يَنْتِفُونَ الشَّيْبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَنْتِفْ نُورَهُ

“Barangsiapa memiliki sehelai uban di jalan Allah (dia muslim), maka uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.” Kemudian ada seseorang yang berkata ketika di sebutkan hal ini: “Orang-orang pada mencabut ubannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Siapa saja yang mau, silahkan dia hilangkan cahayanya (baginya di hari kiamat).” (HR. Ahmad 23952, At Thabrani dalam al-Kabir 783. Hadis ini di hasankan al-Albani dalam Silsilah as-Shahihah, 3371).


Sumber :
http://www.konsultasisyariah.com/

0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
21:48

Wednesday, 15 April 2015

SUDAHKAH KITA BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA (BIRRUL WALIDAIN) ?


Bersyukurlah kita yang masih mempunyai kedua orang tua yang masih hidup. Dengan masih bersamanya kita dengan kedua orang tua bisa membuat hidup kita lebih bermakna. Seperti, masih ada yang mengingatkan kalau kita salah, memberikan kebahagiaan di kala kita sedih, tempat kita untuk saling bertukar pikiran, dan masih banyak lagi.
Tapi terkadang kita lupa akan kewajiban kepada kedua orang tua, bahwasanya kita sebagai anak sudah sewajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Seperti termaktub dalam Al-Qur'an, Firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
- Surah An-Nisaa ayat 36 :

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا



"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."

- Surah Al-Israa' ayat 23 :

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."

- Surah Luqman ayat 14 :

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ



"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

- Surah Al-An'am ayat 151 :

قُلْ تَعَالَوْا۟ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُم مِّنْ إِمْلَٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

"Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)."

Maka dari itu mulai sekarang mari kita mulai berbakti kepada ke dua orang tua lebih banyak lagi, seandainya kita tahu keutamaan-keutamaan berbakti kepada orang tua, pasti dengan senang hati (ikhlas) kita akan kerjakan dari dulu kala.

Ini Keutamaan-keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang tua :

1. Amalan yang paling di cintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala setelah shalat.
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdur Rahman Abdullah Ibnu Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah ?” Rasulullah bersabda “Shalat tepat pada waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah “Jihad di jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Doa yang di panjatkan kedua orang tua mustajab.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797.

3. Sebab turunnya Rahmat.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya di perpanjang (di penuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)


4. Bukan berarti membalas budi karena jasa kedua orang tua tidak tergantikan.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai hamba, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)

5. Ibu, adalah prioritas pertama dalam pemperlakukan orang tua kita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. menjawab, ’Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. menjawab, Bapakmu ” (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Berbakti kepada kedua orang tua sebagai jalan pintu masuk surga.

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian.” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini shahih”).

رغمَ أنفُ ، ثم رغم أنفُ ، ثم رغم أنفُ قيل : من ؟ يا رسولَ اللهِ ! قال : من أدرك أبويه عند الكبرِ ، أحدَّهما أو كليهما فلم يَدْخلِ الجنةَ

“Kehinaan, kehinaan, kehinaan“. Para sahabat bertanya : “Siapa wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Orang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup ketika mereka sudah tua, baik salah satuya atau keduanya, namun orang tadi tidak masuk surga” (HR. Muslim 2551)

An Nawawi menjelaskan hadits Muslim ini: “Para ahli bahasa mengatakan bahwa raghima anfun maknanya kehinaan dan kenistaan, kemurkaan baginya dan ia pantas dipermalukan, yaitu dengan huruf ghain di fathah atau di-kasrah, huruf ra di-dhammah atau di-fathah atau di-kasrah. Kata ini makna aslinya: ‘dilempar hidungnya dengan righam’. Righam adalah pasir yang bercampur dengan kerikil. Sebagian ahli bahasa juga mengatakan bahwa ar ragham adalah segala sesuatu yang mengganggu jika mengenai hidung. Dalam hadits ini adalah anjuran untuk birrul walidain (berbakti kepada orang tua), dan penjelasan tentang betapa besar pahalanya. Artinya, berbakti kepada kedua orang tua ketika mereka sudah tua, dalam bentuk khidmah (bantuan fisik), atau nafkah, atau dalam bentuk lain, merupakan sebab untuk masuk surga. Barangsiapa yang lalai terhadap hal ini maka ia melewatkan kesempatan masuk surga dan ia juga mendapat kehinaan di sisi Allah”. (Syarh Shahih Muslim, 1/85).

Setelah membaca uraian di atas, masihkah kita hanya berdiam diri terhadap kedua orang tua kita? Sungguh sebagai seorang muslim, berbakti kepada kedua orang tua kita bukan hanya menjalankan norma kehidupan yang berlaku pada umumnya saja, tapi lebih kepada mentaati perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮﻟﻲ ﻭﻟﻮﺍﻟﺪﻱ ﻭﺍﺭﺣﻤﻬﻤﺎﻛﻤﺎ ﺭﺑﻴﺎ
ﻧﻲ ﺻﻐﻴﺮﺍ

"Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka mengasihani aku sewaktu masih kecil..."
Amin Ya Raball alamin....

Sumber :
http://dakwah.info/
http://muslim.or.id/
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:06

Tuesday, 14 April 2015

SURGA, JANJI ALLAH BAGI WANITA (ISTRI) SHALEHAH


Wanita Shalehah adalah dambaan setiap wanita muslim di muka bumi ini. Juga dambaan bagi calon pendamping/pendamping hidup suaminya. Walaupun masih banyak laki-laki hanya melihat penampilan zahirnya saja dalam memilih calon pendamping hidupnya, padahal unsur akhlak adalah lebih utama, yang bisa menjadikan kebahagiaan dalam berumah tangga.

Sabda Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu di nikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466).

Selain itu wanita shalehah memiliki keutamaan, seperti dalam sabda Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dalam hadits :

الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467).

Ciri-ciri (Sifat) Istri Shalehah adalah :

Firman Allah Subhanhu wa ta'ala :

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
(QS: An-Nisaa Ayat: 34)

Dalam ayat di atas di sebutkan di antara ciri (sifat) wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Tafsir Al-Karimir Rahman, hal.177).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu :

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ


“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila di pandang akan menyenangkannya, bila di perintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

Dari dalil-dalil yang telah di sebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa ciri (sifat) istri yang shalihah adalah sebagai berikut:


1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.

2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.

4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.

5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.

6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.

Ciri (Sifat) istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya :

1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.

3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ

“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)

4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”.
(HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarah Muslim.”)

5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.”
(HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.”
(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)

إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ

“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).”
(HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)

Semoga wanita (istri) istri kita termasuk dalam kategori wanita (istri) Shalehah, menjadi keluarga Sakinah, Mawwadah dan Warrahmah. Amin... Ya Raballallamin.....

Di kutip/di sarikan dari http://www.asysyariah.com
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah.
Judul : Istri Shalihah, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
22:54
Newer Posts Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)
Find Us :

Search This Blog

Translate

Labels

  • ADAB DAN AKHLAK
  • AMALAN MENUJU SURGA
  • KEUTAMAAN SHALAT
  • KISAH
  • MOTIVASI
  • NERAKA
  • PENGETAHUAN FIQIH
  • SEDEKAH
  • SURGA
  • VIDEO MOTIVASI

Popular Posts

  • NAMA, TINGKATAN, PENGHUNI NERAKA
    Neraka adalah seburuk-buruknya tempat kembali bagi manusia dan jin yang mengkufuri-Nya, mengingkari perintah-perintah-Nya, dan mendust...
  • Ssst...!!! JANGAN NGOBROL DI DALAM MASJID !! INI HUKUMNYA...
    Seperti yang kita ketahui bersama, Masjid adalah tempat beribadah kaum muslimin dan muslimah, baik tua, muda maupun anak-anak. Tempat ba...
  • NAMA,TINGKATAN, PENGHUNI SURGA
    Surga ( Jannah ) adalah suatu tempat di alam akhirat yang penuh dengan segala macam kenikmatan dan kesenangan. Allah subhanahu w...
  • STOP! JANGAN CABUT RAMBUT UBAN ANDA, INI HUKUMNYA...
    Rambut uban... Memang sering membuat kita risih, malu atau bahkan mungkin membuat sedikit merasa gatal di kepala. Apalagi kalau tumbuh d...
  • SURGA, JANJI ALLAH BAGI WANITA (ISTRI) SHALEHAH
    Wanita Shalehah adalah dambaan setiap wanita muslim di muka bumi ini. Juga dambaan bagi calon pendamping/pendamping hidup suaminya. Wala...
  • KISAH BIDADARI TERCANTIK DI SURGA
    KISAH AINUL MARDHIAH (BIDADARI TERCANTIK DI SURGA) Di ceritakan pada masa Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam ... ...
  • SUNGGUH PEDIH SIKSA BAGI MUSLIMAH YANG TIDAK BERJILBAB
    Sesungguhnya sudah banyak hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan perihal azab pedihnya muslimah yang ...
  • GAMBARAN KENIKMATAN DI DALAM SURGA
    Sesungguhnya manusia tidak ada yang bisa menggambarkan kenikmatan di dalam surga secara tepat, hanya bisa membayangkan saja nikmat kehid...
  • JANGAN PERNAH BELI TIKET INI... (NERAKA)
    Na'udzubillahi min dzalik... (Semoga Allah subhanahu wa ta'ala melindungi kita dari hal tersebut). Jangan pernah beli tiket...
  • MENGENAL AJARAN TA'ARUF DALAM ISLAM SEBAGAI SOLUSI PENGGANTI PACARAN
    Ta'aruf merupakan ajaran yang di anjurkan dalam Islam sebagai pengganti istilah 'pacaran'. Karena dalam tujuan dan manfaat ...

Blog Archive

  • ▼  2015 (50)
    • ►  June (2)
    • ►  May (18)
    • ▼  April (21)
      • PERNAHKAH ANDA MENDAHULUKAN MAKAN DARIPADA SHALAT?
      • INDAHNYA BERSEDEKAH
      • GAMBARAN DAHSYAT DAN PEDIHNYA NERAKA
      • HARI JUM'AT... INI KEUTAMAANNYA
      • MAKAN dan MINUM SETELAH KITA WUDHU... BATALKAH?
      • Ssst...!!! JANGAN NGOBROL DI DALAM MASJID !! INI H...
      • GAMBARAN KENIKMATAN DI DALAM SURGA
      • HINDARI MURKA ALLAH WAHAI PARA SUAMI... JANGAN DEK...
      • SUNGGUH PEDIH SIKSA BAGI MUSLIMAH YANG TIDAK BERJI...
      • STOP! JANGAN CABUT RAMBUT UBAN ANDA, INI HUKUMNYA...
      • SUDAHKAH KITA BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA (BIR...
      • SURGA, JANJI ALLAH BAGI WANITA (ISTRI) SHALEHAH
      • MATEMATIKA 100 - 10 = 190 BETULKAH?
      • NAMA, TINGKATAN, PENGHUNI NERAKA
      • JANGAN PERNAH BELI TIKET INI... (NERAKA)
      • KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD
      • SUDAHKAH ANDA SHALAT (FARDU) ?
      • ANDA MASIH SERING NGERUMPI? STOP! INI HUKUMNYA...
      • INGIN KAYA? PANJANG UMUR? MASUK SURGA? YUK BERSEDE...
      • SUDAHKAH KITA BERTAQWA DAN BERIMAN DENGAN SEBENARN...
      • KEUTAMAAN SHALAT JUM'AT
    • ►  March (9)
Copyright 2015 KISAH ISLAM - All Rights Reserved
Design by Mas Sugeng - Published by Evo Templates