KISAH ISLAM

Menggapai Ridha Allah SWT....

  • Home
  • About Us
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact Me

Tuesday, 2 June 2015

ANTARA APAKAH SHALAT SAH DALAM KEADAAN ISBAL DENGAN MELIPAT PAKAIAN


Dalam keseharian kita mesti mengenakan pakaian yang rapi, terutama ketika akan berangkat kerja atau menemui seseorang di luar rumah, baik itu teman, tetangga maupun saudara saat kita berkunjung ke rumahnya. Dan biasanya kita mengenakan celana panjang agar nampak sopan dan rapi. Tapi terkadang masih banyak muslimin tidak tahu bahwa mengenakan celana panjang melebihi mata kaki (Isbal) hukumnya adalah haram, karena hal itu di larang bagi laki-laki, dengan ancaman yang keras yaitu neraka, sebagaimana Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia mengatakan, bahwa Rassullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ

"Kain yang berada di bawah mata kaki itu tempatnya adalah neraka." (HR. Muslim no. 5787)

Terlebih lagi saat kita mengerjakan shalat dengan pakaian atau celana Isbal, hal itu sangat terlarang bagi kaum muslimin, seperti tersirat dalam sebuah hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَسْبَلَ إِزَارَهُ فِى صَلاَتِهِ خُيَلاَءَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِى حِلٍّ وَلاَ حَرَامٍ

"Siapa yang shalat dalam keadaan Isbal di sertai kesombongan, maka Allah tidak akan menghalalkan (baginya masuk ke surga) dan tidak mengharamkan (baginya masuk neraka)." (HR. Abu Daud no. 637, saya katakan "sanadnya shahih")

Syaikh Ibnu Utsaimin, dalam syarh Riyadhus Shalihin, 4: 300-301, ia menuturkan : "Shalat orang isbal itu sah, akan tetapi ia berdosa. Begitu pula seseorang yang memakai pakaian yang haram, seperti baju hasil curian, baju yang terdapat gambar makhluk yang bernyawa, baju yang terdapat simbol salib atau terdapat gambar hewan. Semua baju seperti itu terlarang saat shalat dan di luar shalat. Shalat dalam keadaan Isbal tetap sah, akan tetapi berdosa karena mengenakan pakaian seperti itu. Inilah pendapat terkuat dalam masalah ini. Karena larangan berpakaian Isbal bukan khusus untuk shalat. Mengenakan pakaian haram berlaku seperti itu saat shalat dan di luar shalat. Di karenakan tidak khusus untuk shalat, maka shalat tersebut tidaklah batal. Inilah kaedah yang benar yang di anut oleh jumhur atau mayoritas ulama."

Maka sebaiknya untuk menyingkapi memakai celana tapi Isbal dalam mengerjakan shalat, kita lakukan dengan melipat atau menggulung celana atau pakaian kita agar tidak Isbal. Walaupun dalam hal ini (melipat pakaian/celana) hukumnya adalah Makruh, tapi demi menghindari Isbal yang hukumnya haram. Meski demikian bukan berarti memperbolehkan seseorang melakukan Isbal. Karena Isbal di larang baik dalam keadaan shalat maupun di luar shalat.

Larangan melipat (mengumpulkan) kain saat mengerjakan shalat terdapat dalam sebuah hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda :

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الجَبْهَةِ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَاليَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ القَدَمَيْنِ وَلاَ نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ

"Aku di perintah (oleh Allah) untuk bersujud dengan tujuh bagian anggota badan : yaitu pada dahi (termasuk juga hidung, Beliau mengisyaratkan dengan tangannya), dua telapak tangan, dua lutut dan ujung-ujung dua telapak kaki. Dan kami dilarang mengumpulkan pakaian dan rambut." (HR. Bukhari no. 812 dan Muslim no. 490)

Imam Nawawi berkata : "Ulama bersepakat tentang larangan seseorang shalat sedangkan pakaian atau lengan bajunya tergulung, semua ini terlarang dengan kesepakatan ulama. Makruh di sini adalah Makruh Tanziih (bukan keharaman), seandainya seseorang shalat dan keadaannya seperti itu maka dia telah berbuat buruk akan tetapi shalatnya tetap sah. (Kitab Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 4/209).
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:25

Monday, 1 June 2015

HINDARI SIKSA ALLAH WAHAI MUSLIMIN... JANGAN MENJADI MUSBIL...


Kelak di hari kiamat Allah Ta'ala akan menimpakan siksa yang sangat pedih kepada mereka, di antaranya adalah Musbil.
Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عن أبي ذرّ عن النّبيّ قال : ثلاثة لا يكلّمهم الله يوم القيامة لا ينظر إليهم ولا يزكّيهم و لهم عذاب أليم؛ قال فقرأها رسول الله ثلاث مرارا، قال أبو ذرّ : خابو وخسروا من هم يا رسول الله؟ قال : المسبل والمنّان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب

"Ada tiga golongan yang tidak di ajak bicara oleh Allah kelak di hari kiamat, tidak di perhatikan dan mereka akan mendapat siksa yang sangat pedih." Ia berkata: "Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkannya sebanyak tiga kali." Abu Dzar bertanya: "Sungguh sangat jelek dan merugi mereka itu. Siapa mereka itu wahai Rasullullah?" Beliau menjawab: "Musbil, orang yang gemar mengungkit kebaikan yang telah ia berikan dan seorang yang menjual dagangannya dan bersumpah dengan sumpah palsu." (HR. Muslim, no 106).

Musbil berarti orang yang menjulurkan pakaian atau celananya di bawah mata kaki. Musbil juga merupakan sebutan bagi orang yang melakukan Isbal. Isbal artinya menggunakan pakaian yang menutupi mata kaki, baik dalam bentuk sarung, celana maupun jubah (Ash-Shahihah no. 2057). 

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia menuturkan, bahwasanya Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ

"Kain yang berada di bawah mata kaki itu tempatnya adalah neraka." (HR. Musim no. 5787)

Kedua hadits di atas dengan jelas dan tegas menerangkan perihal musbil dan isbal. Hukum Isbal adalah haram. Orang yang melakukannya (Musbil) telah di peringatkan oleh Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan ancaman yang keras yaitu neraka. Karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar. 

Cara berpakaian yang celananya di atas mata kaki merupakan teladan Junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam karena dalam kesehariannya Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memakainya, seperti yang terkandung dalam sebuah hadits Beliau,

Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata "Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya." Lalu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

هَذَا مَوْضِعُ الإِزَارِ فَإِنْ أَبِيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبِيْتَ فَلاَ حَقَّ لِلإِْزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ

"Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau tidak suka juga, boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak di benarkan kain tersebut menutupi mata kaki." (HR. Tirmidzi, Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shahih)

Maka sebagai seorang muslimin kita wajib mencintai Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mentaati dan membenarkan berita yang Beliau bawa (Sami'na wa atha'na). Salah satunya dengan memakai pakaian sebatas kedua mata kaki, mengharap pahala Allah Ta'ala dan takut pada Siksa-Nya. Juga dengan meneladani Rassullullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai teladan yang terbaik bagi kita orang mukmin. Sebagaimana yang termaktub dalam sebuah Firman Allah Ta'ala :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab ayat 21).
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:34

Sunday, 31 May 2015

BOLEHKAH BERJABAT TANGAN DENGAN BUKAN MAHRAM?


Berjabat tangan sering kita jumpai dalam keseharian hidup. Ada yang berjabat tangan dengan orang tua, teman, saudara, atasan, bawahan dan lainnya, baik laki-laki dengan perempuan, tua, muda, bahkan anak kecil. Juga bermacam sebab kita melakukan jabat tangan tersebut, misal : memberikan salam di sertai jabat tangan, memberi rasa hormat kepada ke dua orang tua kita dengan berjabat tangan bahkan juga dengan mencium tangannya, ketika kita berkenalan dengan seseorang biasanya juga dengan berjabat tangan. Semua itu merupakan interaksi kita kepada orang lain yang mempunyai tujuan berbeda satu dengan lainnya. Maka dari itu dalam Islam terdapat berbagai aturan yang mengajarkan interaksi antara laki-laki dengan perempuan. Dalam hal ini adalah aturan tentang berjabat tangan dengan bukan mahram.

Di antara para ulama terdapat perselisihan pendapat tentang berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram. Perbedaan mereka terdapat dalam hal membedakan berjabat tangan dengan wanita yang sudah tua dan wanita lainnya.
Tapi hal tersebut tidak berlaku jika berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan dewasa (gadis) yang bukan mahram, karena semua para ulama dalam hal ini para ulama madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) sepakat menghukumi hal tersebut dengan haram.

Perbedaan pendapat ini di sebabkan tidak terdapat suatu keterangan yang jelas dan tegas untuk di jadikan dalil. Adapun dalil yang menjadi pegangan di antara para ulama adalah sebagai berikut :

Urwah bin Az Zubair berkata bahwa Aisyah radhiallahu 'anha mengatakan :

عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَتِ الْمُؤْمِنَاتُ إِذَا هَاجَرْنَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُمْتَحَنَّ بِقَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (يَا أَيُّهَا النَّبِىُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلاَ يَسْرِقْنَ وَلاَ يَزْنِينَ) إِلَى آخِرِ الآيَةِ. قَالَتْ عَائِشَةُ فَمَنْ أَقَرَّ بِهَذَا مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ فَقَدْ أَقَرَّ بِالْمِحْنَةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَقْرَرْنَ بِذَلِكَ مِنْ قَوْلِهِنَّ قَالَ لَهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « انْطَلِقْنَ فَقَدْ بَايَعْتُكُنَّ ». وَلاَ وَاللَّهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ. غَيْرَ أَنَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِالْكَلاَمِ – قَالَتْ عَائِشَةُ – وَاللَّهِ مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى النِّسَاءِ قَطُّ إِلاَّ بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَمَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ عَلَيْهِنَّ « قَدْ بَايَعْتُكُنَّ ». كَلاَمًا.

“Jika wanita mukminah berhijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka diuji dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina ….” (QS. Al Mumtahanah: 12). Aisyah pun berkata, “Siapa saja wanita mukminah yang mengikrarkan hal ini, maka ia berarti telah diuji.” Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berkata ketika para wanita mukminah mengikrarkan yang demikian, “Kalian bisa pergi karena aku sudah membaiat kalian”. Namun -demi Allah- beliau sama sekali tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun. Beliau hanya membaiat para wanita dengan ucapan beliau. Aisyah berkata, “Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka. Ketika baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat kalian.” (HR. Muslim no. 1866).

Berikut pendapat para ulama 4 Madzhab tersebut dalam hal berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan bukan mahram :

1. Madzhab Hanafi
Ulama Hanafi, Imam Al Marghinani dalam Kitab Al-Hidayah menuturkan, bahwa "Tidak di perbolehkan bagi seorang laki-laki untuk menyentuh wajah atau telapak tangan seorang wanita walaupun ia merasa aman dari syahwat."
Ibnu Abidin, ulama Hanafi lainnya dalam Kitab Ad Dur-Mukhtar mengatakan, bahwa "Tidak di perbolehkan menyentuh wajah atau telapak tangan wanita walaupun ia merasa aman dari syahwat."

2. Madzhab Maliki
Imam Al Baaji dalam Kitab Al-Muntaqa berkata, bahwa Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita."
Yakni tidak berjabat tangan langsung dengan tangannya. Dari hal tersebut, di ketahui bahwasanya cara berbait dengan laki-laki adalah berjabat tangan dengannya, namun hal ini terlarang jika membaiat wanita dengan berjabat tangan secara langsung.

3. Madzhab Syafi'i
Imam Nawawi dalam Kitab Al-Majmu' Syarah Al Muhadzab mengatakan : "Sahabat kami berkata bahwa di haramkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita tersebut telah dewasa. Karena sesungguhnya seseorang di halalkan untuk memandang wanita yang bukan mahramnya jika ia berniat untuk menikahinya atau dalam keadaan jual beli atau ketika ingin mengambil atau memberi sesuatu ataupun semisal dengannya. Namun tidak boleh untuk menyentuh wanita walaupun dalam keadaan demikian."

Imam Nawawi pun menuturkan dalam Syarah Shahih Muslim : "Hal ini menunjukkan bahwa cara membaiat wanita adalah dengan perkataan, dan hal ini juga menunjukkan, mendengar ucapan atau suara wanita yang bukan mahram adalah di perbolehkan jika ada kebutuhan, karena suara bukanlah aurat. Dan tidak boleh menyentuh secara langsung wanita yang bukan mahram jika tidak termasuk hal yang darurat, semisal seorang dokter yang menyentuh pasiennya untuk memeriksa penyakit."

4. Madzhab Hambali 
Ibnu Muflih dalam Kitab Al-Fusul dan Ar-Ri'ayah menuturkan : "Di perbolehkan berjabat tangan antara wanita dengan wanita, laki-laki dengan laki-laki, laki-laki tua dengan wanita terhormat yang umurnya tidak muda lagi, karena jika masih muda di haramkan untuk menyentuhnya."

Dari pemahaman-pemahaman tersebut di atas menunjukkan bahwa berjabat tangan dengan bukan mahram termasuk dalam kemaksiatan karena hal tersebut merupakan perbuatan yang buruk juga termasuk kemungkaran di pandang dari segi syariat Islam.

Rasullallah shallallahu alaihi wa sallam juga mengingatkan dengan keras kepada laki-laki yang menyentuh wanita yang bukan mahramnya.

Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata, bahwasanya Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

"Sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika di tusuk dengan pasak dari besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh seorang wanita bukan mahramnya." (HR. Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir 20:211 dan juga Baihaqi).

Wallahu a'lam bish shawab.....
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
22:23

Wednesday, 27 May 2015

SIAPKAH KITA MENYEBERANGI ASH-SHIRATH KELAK?


Ash-Shirath, sebagai seorang mukmin kita wajib mengimaninya. Ash-Shirath mempunyai makna jembatan (titian) yang di bentangkan di atas neraka jahanam yang akan di lewati umat manusia menuju surga sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia.

Penamaan Ash-Shirath terdapat dalam hadits shahih berikut :
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia berkata, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

.....فيُضربُ الصِّراطُ بين ظهرانَي جهنَّم

"Maka di buatlah  Ash-Shirath di atas jahanam....." (HR. Buhkari dan Muslim)

Lewatnya umat manusia di atas Ash-Shirath menuju surga di dasarkan oleh dalil-dalil shahih yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Ash-Sunnah.

Dalil tentang Ash-Shirath dari Al-Qur'an terdapat dalam firman Allah dalam surah Maryam ayat 71 :

فيُضربُ الصِّراطُ بين ظهرانَي جهنَّم

"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah di tetapkan."


Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu dan Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu meriwayatkan, bahwa yang di maksud mendatangi neraka pada ayat di atas adalah melewati Ash-Shirath, demikian pendapat di kalangan para sahabat.

Adapun dalil dari Ash-Sunnah terdapat dalam Hadits Rassullullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia menuturkan, bahwasanya Rasullullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda :

ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْجَسْرُ قَالَ مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ تَكُونُ بِنَجْدٍ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ

"Kemudian di datangkan jembatan itu lalu di bentangkan di atas permukaan neraka jahanam. Kami (para sahabat) bertanya : "Wahai Rasullullah, bagaimana (bentuk) jembatan itu?" Jawab Beliau : "Licin (lagi) menggelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Najd, di kenal dengan pohon Sa'dan." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadits di atas juga menjelaskan bentuk dan ciri (sifat) dari Ash-Shirath tersebut. yaitu licin dan terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri. Di sebutkan juga bahwa Ash-Shirath mempunyai ciri lebih lembut dari rambut dan lebih tajam daripada pedang. Seperti tersirat dalam sebuah Hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

Dari Abu Said Al-Khudry radhiallahu 'anhu ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa salam pernah bersabda :
بلغني أن الجسر أدق من الشعرة وأحد من السيف

"Sampai kepadaku bahwa jembatan ini (Ash-Shirath) lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang." (HR. Muslim, 1/167) 


Di terangkan dalam banyak hadits-hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang bagaimana keadaan manusia ketika melewati jembatan (Ash-Shirath) tersebut, di antaranya :
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ))، قَالَ : قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ ؟ قَالَ: ((أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ )) رواه مسلم.

"Lalu di utuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri dan kanan Ash-Shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat." Aku bertanya : "Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?" Rasullullah shallallahu 'alaihi wa salam menjawab : "Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian pada waktu itu berdiri di atas shirath sambil berkata : "Ya Allah Selamatkanlah! Selamatkanlah! sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak." Beliau menuturkan (lagi) : "Di kedua belah pinggir shirath terdapat besi pengait yang bergantungan untuk menyambar siapa saja yang di perintahkan untuk di sambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka." (HR. Muslim)

وَيُضْرَبُ2دَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ فَمِنْهُمْ الْمُؤُمِنُ بَقِيَ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ الْمُجَازَى حَتىَّ يُنَجَّى (رواه مسلم)

"Dan di bentangkanlah shirath di atas permukaan neraka jahanam. Maka Aku dan umatku menjadi orang yang pertama kali melewatinya. Dan tiada yang berbicara pada saat itu kecuali para Rasul. Dan doa para Rasul pada saat itu : "Ya Allah, Selamatkanlah, selamatkanlah... di antara mereka ada yang tertinggal dengan sebab amalannya dan di antara mereka ada yang di balasi sampai ia selamat." (HR. Muslim) 

Dan ketika melewati Shirath setiap mukmin di beri cahaya sesuai amalnya masing-masing. Hal ini terkandung dalam firman Allah Ta'ala dalam Surah Al-Hadid ayat 12 :

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (di katakan kepada mereka) : "Pada hari ini ada berita gembira untukmu (yaitu), surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."

Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata : "Mereka melewati shirath sesuai dengan tingkat amalan mereka. Di antara mereka cahayanya seperti gunung, ada seperti pohon, setinggi orang berdiri, dan yang paling sedikit cahayanya sebatas menerangi kakinya, sesekali menyala sesekali padam." (Tafsir Ibnu Katsir, 8/15)


Imam Qurthubi rahimahullah, menuturkan : "Coba renungkan sekarang tentang apa yang engkau alami, berupa ketakutan yang ada pada hatimu ketika engkau menyaksikan shirath dan kehalusannya (bentuknya). Engkau memandang dengan matamu kedalaman neraka jahanam yang terletak di bawahnya. Engkau juga mendengar gemuruh dan gejolaknya. Engkau harus melewati shirath itu sekalipun keadaanmu lemah, hatimu gundah, kakimu bisa tergelincir, punggungmu merasa berat karena memikul dosa, hal itu tidak mampu engkau lakukan seandainya engkau berjalan di atas hamparan bumi, apalagi untuk di atas shirath yang begitu halus. 

Bagaimana seandainya engkau meletakkan salah satu kakimu di atasnya, lalu engkau merasakan ketajamannya! Sehingga mengharuskan mengangkat tumitmu yang lain! Engkau menyaksikan makhluk-makhluk di hadapanmu tergelincir kemudian berjatuhan! Lalu mereka di tarik para malaikat penjaga neraka dengan besi pengait. Engkau melihat bagaimana mereka dalam keadaan terbalik ke dalam neraka dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas. Wahai betapa mengerikannya pemandangan tersebut. Pendakian yang begitu sulit, tempat lewat yang begitu sempit.

Bayangankanlah wahai saudaraku! Seandainya dirimu berada di atas shirath, dan engkau melihat di bawahmu neraka jahanam yang hitam kelam, panas dan menyala-nyala, engkau sesekali berjalan dan sesekali merangkak." (At-Tadzkirah 1/381)

Semoga kita semua orang mukmin dapat melewati Ash-Shirath dengan cepat. Dengan meningkatkan amalan-amalan kebaikan yang dapat mendatangkan pahala. Dan yang terpenting selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sehingga kita tidak di murkai oleh Allah Ta'ala dengan siksa-Nya yang sangat pedih dan sebaliknya mendapatkan Surga-Nya Allah Ta'ala yang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan di dalamnya. Seraya kita juga mesti selalu memanjatkan do'a agar kita semua termasuk dalam Jannah-Nya. Amin Ya Rabbal a'lamin.....
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
08:34

Sunday, 24 May 2015

MASIH BELUM DAPAT JODOH? INI SOLUSI DAN PANDANGAN MENURUT ISLAM


Dalam pandangan Islam, jodoh merupakan takdir dari Allah subhanahu wa ta'ala yang telah di tetapkan-Nya sejak kita masih dalam kandungan. Hal ini tersirat dalam sebuah hadits Rasullullah shallallahu 'alihi wa sallam,

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu ia menuturkan, bahwasanya Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya setiap kalian di kumpulkan PenciptaNya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian di utus kepadanya seorang malaikat lalu di tiupkan padanya ruh dan dia di perintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits di atas, jodoh merupakan termasuk bagian dari rezeki seseorang, yang sudah Allah tuliskan di Lauh Mahfuzh dan sebelum manusia di lahirkan. Jadi janganlah risau dengan takdir Allah, kita hanya di perintahkan untuk selalu berusaha. Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Beramallah masing-masing akan di mudahkan melakukan apa yang telah di tulis baginya." (HR. Muslim)

Jadi sebagai seorang muslim yang belum memiliki jodoh, maka ada baiknya mempelajari solusi dan pandangan islam dalam menentukan jodoh. Berikut cara islam memandang jodoh sekaligus memberikan solusi menurut syariat Islam :

1. Menentukan/memilih jodoh berdasarkan agamanya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Seorang perempuan biasanya di nikahi karena empat perkara : Harta, Keturunan, Kecantikan dan Agamanya. Maka utamakan memilih perempuan karena agamanya, kamu akan merugi bila tidak memilihnya."  (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan tuntunan bagi kita yang masih dalam masa pencarian jodoh hendaknya mengutamakan agamanya, jika kita melaksanakannya maka kita termasuk orang yang beruntung.

2. Berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Dalam Surah An-Nuur ayat 26, Allah Ta'ala berfirman, yang artinya : "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang di tuduh) itu bersih dari apa yang di tuduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

Sebagai hamba-Nya yang beriman, kita sudah semestinya berhusnudzon kepada Allah subhanahu wa ta'ala.  Dalam penerapannya jika kita hendak menginginkan jodoh yang baik dan shaleh, kita semestinya juga harus memiliki sifat tersebut. Walaupun terkadang dalam kehidupan ada seseorang yang shaleh berjodoh dengan yang tidak shaleh. Jangan berburuk sangka dulu, pasti ada hikmah di balik semua itu, lebih baik jadikanlah hal tersebut sebagai ladang amal kita, yang bisa jadi mendatangkan rahmat Allah Ta'ala dengan memberikan taufik dan hidayah kepada pasangan kita tersebut menjadi manusia yang shaleh, bahkan keshalehannya bisa saja melebihi kita. 

3. Memperbanyak pergaulan kita sesuai tuntunan syariat.
Kalau kita hanya sering berdiam diri saja di rumah, maka kita akan kesulitan dalam berinteraksi dengan seseorang yang mungkin saja sudah Allah siapkan buat kita. Semisal, perbanyak silahturahmi kepada saudara-saudara kita, sering menghadiri majelis taqlim, menjadi anggota remaja masjid, dan kegiatan yang lainnya sesuai syariat islam. Atau bisa juga meminta bantuan orangtua, saudara, teman yang bisa men-ta'aruf-kan kita kepada seseorang. Dengan memperbanyak pergaulan berarti pula kita melakukan segala ikhtiar tanpa ikhtiar akan sulit bagi kita menggapai apa yang kita inginkan.
Allah Ta'ala berfirman dalam surah Ar-Ra'd ayat 11, yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

4. Meningkatkan ketaatan kepada Allah Ta'ala.
Dengan meningkatkan ketaatan berarti kita juga menjadikan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah Ta'ala bertambah, Insya Allah akan membuat Allah Ta'ala menjadi dekat dengan kita. Jika kita dekat dengan Allah Ta'ala maka Allah Azza wa Jalla pasti lebih dekat kepada kita. Dan menjadikan kita lebih di mudahkan dalam segala apa yang kita pinta (tentunya dalam kebaikan). Hal ini sesuai dengan sebuah hadits Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Aku tergantung pada prasangka hambaKu. Dan aku bersamanya jika ia mengingat Aku. Jika ia mengingatKu dalam hatinya, Akupun mengingatnya dalam hatiKu. Jika ia mengingatKu dalam suatu majelis, Akupun mengingatnya dalam suatu majelis yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia mendekatiKu sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Dan Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari." (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).

Bentuk ketaqwaan dan keimanan tersebut bisa dengan jalan meningkatkan kwalitas shalat kita (baik fardhu maupun sunah), perbanyak istigfar, lebih banyak menjalankan puasa sunah, memperbanyak amal-amal shaleh (berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada saudara-saudara, teman, juga tetangga kita, perbanyak bersedekah, membaca Al-Qur'an dan memahaminya, menghadiri majelis taqlim, dan kebaikan-kebaikan yang lainnya).

5. Selalu Berdo'a kepada Allah Ta'ala.
Dalam menggapai suatu keinginan (dalam hal ini adalah jodoh), selain berusaha (ikhtiar), kita sebagai umat muslim yang beriman sudah berkewajiban melengkapinya dengan berdo'a, karena dengan do'a berarti kita melibatkan Allah Ta'ala yang mengatur segala sesuatu di alam semesta ini dan menetapkan apa-apa yang di kehendaki-Nya. Seperti termaktub dalam firman Allah Ta'ala  dalam Surah Ar-Ra'd ayat 39 :

يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖوَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ

"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh)."

Dalam Surah Al-Furqan ayat 74 telah di ajarkan bacaan do'a bagi kita agar mendapatkan pasangan/istri yang baik. Berikut Firman Allah Ta'ala tersebut :

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa."

Jadi bagi seorang muslim yang beriman, kita wajib mengimani segala apa yang di takdirkan oleh Allah Ta'ala, karena sebagai manusia kita tidak akan tahu siapa jodoh kita, dimana akan di pertemukannya dan kapan waktunya. Hanya Allah Ta'ala sajalah yang mengetahui segala sesuatunya. Karena dalam soal jodoh Allah Ta'ala telah menetapkan tiga takdir di dalamnya, yaitu : cepat memperoleh jodoh, lambat dalam mendapatkannya, dan yang terakhir menundanya hingga di akherat kelak. Semua itu Allah Ta'ala lakukan yang terbaik bagi hamba-Nya yang beriman. Dan apapun yang Allah Ta'ala pilihkan jodoh untuk kita, maka hal itu yang paling baik menurut Allah azza wa jalla dan terbaik bagi kita.

Wallahu a'lam bish shawab...
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
20:45

Friday, 22 May 2015

MENGENAL AJARAN TA'ARUF DALAM ISLAM SEBAGAI SOLUSI PENGGANTI PACARAN


Ta'aruf merupakan ajaran yang di anjurkan dalam Islam sebagai pengganti istilah 'pacaran'. Karena dalam tujuan dan manfaat antara ta'aruf dengan pacaran adalah berbeda. Ta'aruf bertujuan untuk saling mengenal antara laki-laki dengan perempuan dengan maksud untuk tujuan pernikahan. Manfaat ta'aruf itu sendiri adalah untuk mengenal kriteria calon pasangannya demi untuk memantabkan hati dalam mengkhitbah (melamar) pasangannya. Dalam berta'aruf tentunya ada etika yang harus di penuhi oleh yang melakukannya. Sebaiknya ta'aruf di lakukan di rumah pihak perempuan dan di temani oleh pihak wali atau kerabat keluarga, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Dan semua itu di lakukan dalam koridor syar'i, karena cara berta'aruf yang baik harus di landasi dengan ketentuan syar'i. Dan dalam berta'aruf sebaiknya tidak terlalu lama, ketika keduanya sudah merasa cocok dan tidak ada keraguan, maka lebih cepat lebih baik dalam rangka menuju jenjang selanjutnya yaitu khitbah (melamar) dan tahapan terakhir yaitu menikah.

Kalau pacaran itu sendiri berupa kesenangan sesaat dan kebanyakan sering mengarah kepada perbuatan zina dan maksiat (silahkan baca Bolehkah (Pacaran) dalam Islam?).
Karena memang dalam agama Islam tidak mengenal atau mengajarkan pacaran.

Maka sebagai umat muslim sudah semestinya melakukan ta'aruf daripada pacaran bagi yang ingin dan siap (sanggup) segera menikah. Sebab dengan menikah, akan terhindar dari perbuatan yang mengarah kepada perbuatan zina. Kalaupun belum sanggup menikah (biasanya dalam masalah keuangan/memberi nafkah kepada istrinya nanti) maka sebaiknya melaksanakan puasa (senin-kamis misalnya).

Sebagaimana anjuran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Haditsnya,

Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu ia berkata, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

"Hai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kamu yang telah sanggup melaksanakan akad nikah, hendaklah melaksanakannya. Maka sesungguhnya melakukan akad nikah itu (dapat) menjaga pandangan dan memelihara farj (kemaluan), dan barangsiapa yang belum sanggup hendaklah ia berpuasa (sunah), maka sesungguhnya puasa itu perisai baginya. (HR. Muslim)

Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda dalam haditsnya mengenai menikahi perempuan, dalam hal ini barangsiapa yang tidak melaksanakannya (menikah) maka di anggap bukan dari golongan umat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Berikut Hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam  tersebut :

عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال: …لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

Dari Anas radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ".....tetapi aku, sesungguhnya aku shalat, tidur, berbuka dan mengawini perempuan, maka barangsiapa yang benci sunahku maka ia bukanlah dari golonganku." (HR. Bukhari).
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
21:51

Thursday, 21 May 2015

BOLEHKAH (PACARAN) DALAM ISLAM?



Dalam agama Islam tidak mengenal istilah 'pacaran', karena pacaran lebih banyak kemudharatannya. Karena tujuan pacaran biasanya lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Dalam pacaran biasanya di landasi atas dasar rasa saling suka antara dua orang (biasanya lawan jenis). Dan dalam aktivitasnya cenderung terlalu intim yang tidak di perbolehkan menurut syari'at Islam. Seperti, berpegangan tangan, berduaan di tempat yang sepi, ataupun aktivitas fisik lainnya. Walaupun mungkin ada sedikit yang tidak melakukan hal tersebut. Tapi semua itu bisa menimbulkan bisikan-bisikan syaitan yang akan selalu menghembuskan kemaksiatan-kemaksiatan. Sebab semua itu bisa menyebabkan perbuatan zina, maka ajaran Islam melarang pacaran yang hanya bertujuan kenikmatan sesaat yang cenderung mengarah pada perbuatan zina.

Allah SWT dalam Surah Al-Israa' ayat 32 berfirman :

وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً


"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."

Menurut Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah, menuturkan tentang ayat di atas, 'Dan janganlah kamu mendekati zina', yaitu 'Dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya'. 

Sedangkan kalimat 'Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk', adalah 'Maksudnya adalah dosa yang sangat besar'. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ وَلاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلاَّ وَمَعَهَا مَحْرَمٌ


"Aku mendengar Rasullullah saw berkhutbah, beliau bersabda : Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali beserta ada mahramnya. Dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali beserta ada mahramnya." (HR. Bukhari)


Firman Allah SWT dalam surah Al-Israa' ayat 32 dengan Hadits Rasullullah di atas saling berhubungan dan selaras, yang artinya menegaskan bahwa perilaku yang dapat mendekatkan seseorang ke dalam perbuatan zina.

Hal tersebut juga merupakan peringatan kepada umatnya bahwa perilaku hubungan antara laki-laki dan perempuan (bukan mahram) yang di larang oleh syari'at Islam. Agar terhindar dari perbuatan zina yang menjerumuskan kepada perzinaan. Sebab biasanya perbuatan zina berawal dari keadaan saling berduaan.
1
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
23:19

Tuesday, 19 May 2015

GUNUNG PELANGI...KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH SWT


Pemandangan Gunung yang berwarna-warni yang terekam dalam video di atas yang penulis lansir dari laman YouTube (https://www.youtube.com/watch?v=Bu62hwOoS8M) sungguh sangat indah di pandang mata. Itu merupakan salah-satu bentuk ciptaan Allah SWT sebagai wujud dari kekuasaan dan keagungan Allah dalam menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Kita sebagai umat muslim yang beriman pasti meyakini akan kebesaran Allah SWT dalam menciptakan Gunung Pelangi tersebut sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya. Subhanallah.....

Fenomena Gunung Pelangi ini memang nyata keberadaannya, yaitu terdapat di negara China, tepatnya berada di kota Zhangye, propinsi Gansu, China. Daerah pegunungan yang mempunyai warna-warni nan indah ini merupakan bagian dari Zhangye Danxia Landform Geological Park dan sudah di catat oleh UNESCO dalam Word Heritage Site pada tahun 2010.

Menurut Peneliti di bidang tektonik dan geologi hard rock, seorang ahli geologi yang menggunakan geokimia dan Geochronology, di tambah dengan observasi lapangan, bernama John Encarnacion, PhD (Profesor Geologi Saint Louis University, USA), menuturkan bahwa terbentuknya warna-warna yang berbeda tersebut, berasal dari mineral yang berbeda. Warna merah tua muncul terutama karena mineral bijih besi yang berkarat. Bebatuan ini kaya akan mineral besi yang kemudian teroksidasi saat batu-batu itu terbentuk. Warna kuning muncul kemungkinan di sebabkan terdapat sedikit kandungan mineral bijih besinya, terdapat lebih banyak pasir dan tanah liat. Warna abu kebiruan dan kehijauan berasal antara dari tanaman organik atau dari mineral yang di sebut glauconite yang di temukan di daerah laut.


Gunung pelangi ini akan terlihat dalam pola warna yang berbeda, tergantung dari kondisi cuaca dan cahaya matahari. Bebatuan itu akan tampak berwarna-warni nan cantik jika di lihat saat cuaca cerah, terlebih lagi sesaat sehabis hujan.

Dalam Al-Qur'an Surah Al-Fathir ayat 27, tersirat akan fenomena Gunung Pelangi tersebut. Dan Allah SWT telah berfirman :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ الَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا ۚوَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ

"Tidaklah kamu melihat bahwasanya Allah telah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dari hujan itu buah-buahan beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat."

Semua fenomena ini merupakan kebesaran dan keagungan Allah, yang Dia perlihatkan kepada kita semua sebagai tanda kekuasaan-Nya agar kita bisa berpikir dan meyakininya sebagai orang yang beriman.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an, Surah Fushilat ayat 53 :

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗأَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

"Kami akan memperlihatkan kepada meraka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?"
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
22:55

Monday, 18 May 2015

NIKMAT ALLAH (BERTEMUNYA DUA AIR LAUT YANG TIDAK BERCAMPUR)



Subahanallah..... 
Maha Suci Allah... yang menciptakan segala sesuatunya dengan penuh keagungan.....
Video di atas penulis up load dari laman Youtube (https://www.youtube.com/watch?v=uE8m6FCSdhQ) sebagai bahan renungan bagi kita kaum muslim atas kebesaran dan keagungan atas nikmat Allah yang bisa di lihat di dunia ini. Itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rahman ayat 18-20 :

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antar keduanya ada batas yang tidak di lampaui oleh masing-masing."

Jelas sekali di katakan dalam Ayat tersebut di atas bahwa dua lautan berbeda tapi air tidak bercampur satu dengan yang lainnya saat keduanya bertemu. 

Berikut ini penjelasan perihal dua lautan yang bertemu dan airnya tidak bercampur menurut pengetahuan ilmu kelautan :

Air dua lautan yang bertemu dan tidak bercampur tersebut terletak di Selat Gilbatar, Selat tersebut memisahkan antara benua Eropa dan benua Afrika.


Air laut dari Laut Tengah (Mediterania) dengan air laut dari Samudera Altantik bertemu di selat Gilbatar tapi kemudian tidak bercampur kedua airnya tersebut di karenakan sifat kadar garam, perbedaan suhu dan kerapatan air tidak sama satu dengan lainnya. Air Laut Mediterania cenderung berwarna lebih gelap (biru pekat) dari air laut samudera atlantik lebih muda (cerah). Keduanya terlihat dengan jelas batas antar kedua air laut tersebut (lihat gambar di bawah)


Air Laut Mediterania mempunyai sifat kadar garam, suhu dan kerapatan lebih tinggi daripada Laut Samudera Atlantik. Dengan sifatnya tersebut maka air laut Mediterania akan bergerak menuju Laut Samudera Atlantik. Walaupun bertemu kedua air laut itu tapi tetap tidak bercampur, seakan ada pemisah di antara ke duanya. Bahkan air laut Mediterania akan menyusup ke dalam air laut samudera atlantik hingga kedalaman 1.000 Meter dari permukaan air laut samudera atlantik. Tapi tetap saja kedua air laut itu tidak bercampur.
Demikian yang di jelaskan oleh ahli bidang oceanografer Jaques Yves Cousteau, berkebangsaan Perancis.


Itulah salah satu fenomena kekuasaan Allah yang tercantum dalam Al-Qur'an yang di turunkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada 1.400 tahun silam dan baru abad ke-20 terungkap melalui fakta ilmiah pengetahuan ilmu modern sekarang ini.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
22:32

Friday, 15 May 2015

INGIN SELAMAT DUNIA DAN AKHERAT? RESAPILAH MAKNA DARI SURAH AL-FAJR


Pada Masa (akhir zaman) sekarang ini masih banyak umat (muslim) lupa akan kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala. Hal itu terjadi di karenakan banyak umat (muslim) hidup yang larut dalam urusan keduniawian belaka dengan melupakan urusan akherat kelak. Padahal sudah banyak sekali surah-surah dalam Al-Qur'an yang mengingatkan tentang hal tersebut.

Masih banyak umat muslim melalaikan perintah-perintah Allah Ta'ala, seperti mengerjakan shalat fardhu, puasa di bulan ramadhan, menunaikan zakat, dan sebagainya. Bahkan masih ada umat muslim yang berlomba-lomba dalam meraih kekayaan untuk keperluan duniawi belaka. Dengan mendirikan bangunan-bangunan rumah yang megah, ataupun membeli barang-barang yang mewah. Walaupun hal tersebut tidak dilarang, tapi sepatutnya kita juga ikut memikirkan saudara-saudara kita yang kurang mampu. Karena masih banyak umat muslim yang hidup dalam kemiskinan, baik harta benda maupun ilmu, dan kekurangan-kekurangan lainnya. 

Padahal semua itu bisa kita entaskan atau paling tidak kita kurangi hal-hal tersebut dengan menafkahkan sebagian harta kita di jalan Allah Ta'ala, seperti mendirikan yayasan yatim piatu, mendirikan pesantren bagi seorang muslim yang mempunyai kemampuan untuk itu, baik kemampuan ilmu maupun finansial yang memadai.

Ataupun bagi kita yang rezekinya tidak banyak tapi sebaiknya juga menafkahkan sebagian dari harta yang kita miliki untuk kepentingan di jalan Allah, seperti bersedekah, baik kepada fakir miskin, anak yatim piatu, masjid, maupun kepada siapa saja yang membutuhkannya.
Karena harta yang kita dapat selama ini sejatinya hanya harta titipan dari Allah semata. Kapanpun Allah menghendaki memberi, menambah, ataupun bahkan mengambilnya kembali, tidaklah seorangpun bisa menahannya.

Dengan menafkahkan harta di jalan Allah berarti kita juga mengerjakan amal shaleh seperti yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an. Selagi kita masih di berikan kesempatan hidup oleh Allah Ta'ala, sudah semestinya kita mengisinya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, salah satunya dengan mengerjakan amal shaleh. Di samping yang paling utama melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Sehingga kita kelak bisa menggapai surgaNya Allah dan terhindar dari siksa-Nya apabila kita mengkufuri-Nya.

Maka dari itu, mari kita bersama-sama memahami dan meresapi makna dari Surah-Surah dalam Al-Qur'an, terutama dalam pembahasan kali ini bacaan Surah Al-Fajr.
Penulis sengaja meng-upload video bacaan Surah Al-Fajr yang di lantunkan dengan merdu nan indah dan khidmat oleh Syaikh Hani Ar-Rifa'i dari laman Youtube yang di upload oleh Emmurottal.com, dengan judul Hani Ar Rifai dalam Tangisan Al Fajr.

Dengan mendengarkan dan meresapi makna-makna ayat demi ayat yang terkandung dalam Surah Al-Fajr tersebut bisa kita jadikan renungan bagi kita, sudah seberapakah iman dan taqwa kita kepada Allah Ta'ala.

Semoga dengan video tersebut menjadikan kita lebih meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah subhanahu wa ta'ala, dengan mengerjakan semua apa yang di perintahkan oleh-Nya dan meninggalkan segala yang di murkai-Nya.

Insya Allah mudah-mudahan kita semua umat (muslim) bisa kembali kepada Tuhan kita, Rabb kita, Allah subhanahu wa ta'ala dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya. Dan masuk dalam jama'ah hamba-hamba-Nya. Amin... Ya Rabbal a'lamin.....

Penulis mohon maaf sekiranya dalam penulisan artikel di atas ada tulisan maupun perkataan yang mungkin menyinggung pembaca. Semua kekurangan hanyalah milik saya, dan hanya Allah Ta'ala segala kebenaran yang haqiqi.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
13:34
Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)
Find Us :

Search This Blog

Translate

Labels

  • ADAB DAN AKHLAK
  • AMALAN MENUJU SURGA
  • KEUTAMAAN SHALAT
  • KISAH
  • MOTIVASI
  • NERAKA
  • PENGETAHUAN FIQIH
  • SEDEKAH
  • SURGA
  • VIDEO MOTIVASI

Popular Posts

  • NAMA,TINGKATAN, PENGHUNI SURGA
    Surga ( Jannah ) adalah suatu tempat di alam akhirat yang penuh dengan segala macam kenikmatan dan kesenangan. Allah subhanahu w...
  • NAMA, TINGKATAN, PENGHUNI NERAKA
    Neraka adalah seburuk-buruknya tempat kembali bagi manusia dan jin yang mengkufuri-Nya, mengingkari perintah-perintah-Nya, dan mendust...
  • Ssst...!!! JANGAN NGOBROL DI DALAM MASJID !! INI HUKUMNYA...
    Seperti yang kita ketahui bersama, Masjid adalah tempat beribadah kaum muslimin dan muslimah, baik tua, muda maupun anak-anak. Tempat ba...
  • SURGA, JANJI ALLAH BAGI WANITA (ISTRI) SHALEHAH
    Wanita Shalehah adalah dambaan setiap wanita muslim di muka bumi ini. Juga dambaan bagi calon pendamping/pendamping hidup suaminya. Wala...
  • KISAH BIDADARI TERCANTIK DI SURGA
    KISAH AINUL MARDHIAH (BIDADARI TERCANTIK DI SURGA) Di ceritakan pada masa Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam ... ...
  • STOP! JANGAN CABUT RAMBUT UBAN ANDA, INI HUKUMNYA...
    Rambut uban... Memang sering membuat kita risih, malu atau bahkan mungkin membuat sedikit merasa gatal di kepala. Apalagi kalau tumbuh d...
  • JANGAN PERNAH BELI TIKET INI... (NERAKA)
    Na'udzubillahi min dzalik... (Semoga Allah subhanahu wa ta'ala melindungi kita dari hal tersebut). Jangan pernah beli tiket...
  • SUNGGUH PEDIH SIKSA BAGI MUSLIMAH YANG TIDAK BERJILBAB
    Sesungguhnya sudah banyak hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan perihal azab pedihnya muslimah yang ...
  • MAKAN dan MINUM SETELAH KITA WUDHU... BATALKAH?
    Wudhu merupakan syarat sahnya suatu shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunah. Fungsi wudhu hanya untuk menghilangkan hadas kecil,...
  • GAMBARAN KENIKMATAN DI DALAM SURGA
    Sesungguhnya manusia tidak ada yang bisa menggambarkan kenikmatan di dalam surga secara tepat, hanya bisa membayangkan saja nikmat kehid...

Blog Archive

  • ▼  2015 (50)
    • ▼  June (2)
      • ANTARA APAKAH SHALAT SAH DALAM KEADAAN ISBAL DENGA...
      • HINDARI SIKSA ALLAH WAHAI MUSLIMIN... JANGAN MENJA...
    • ►  May (18)
    • ►  April (21)
    • ►  March (9)
Copyright 2015 KISAH ISLAM - All Rights Reserved
Design by Mas Sugeng - Published by Evo Templates